Iman Yang Kokoh dan Teguh

IMAN YANG KOKOH DAN TANGGUH

Iman yang seperti Anak Kecil

Berusaha menulis tentang iman adalah sebuah tugas yang menggetarkan. Iman adlah topik yang sangat besar, namun sekaligus sangat pokok dan mendasar. Iman adalah blok-blok bangunan dasar kehidupan kekristenan. Iman merupakan keseluruhan perjalanan hidup kita bersama dengan Allah. Keseluruhan kehidupan kekristenan kita adalah tentang iman yang bekerja oleh kasih.

Namun, iman ini bukan iman kepada iman kita atau iman kepada kemamouan kita. Iman ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kemamouan kita untuk percaya. Iman pada dasarnya berarti menjadi seperti anak kecil di hadapan Allah, memercayakan diri kepada-Nya dan berserah sepenuhnya. Kita menantikan Dia melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang telah Dia janjikan dan kita hidup di dalam pengharapan karena itulah panggilan Allah bagi kita.

1Yohanes 5:4-5 mengatakan,”...sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain daripada yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?”

Rasul Paulus mengatakan bahwa iman kita kepada Yesusu Kristus memampukan kita untuk ”mengalahkan” artinya ”telah mengalahkan” dunia. Saat ini Anda dapat memandang ke cermin dan berkata ”Imanku telah mengalahkan dunia, karena imanku ada di dalam Anak Allah, Tuhan Yesus”.

Iman bukan sesuatu yang daptat kita ”usahakan”. Iman adlah karunia yang dinerikan kepada kita oleh Allah sewaktu kita percaya kepada Anak-Nya, Yesus. Suatu karunia yang dinerikan karena anugrah-Nya yang besar terhadap kita. Memahami anugrah Allah ini sangat penting bagi kita agar kita dapat memahami cara kerja iman.

Anugrah Allah adalah konsep yang kerap kali sulit dipahami, khususnya bagi orang-orang yang baru mulai hidup Kristen. Tabiat manusiawi kita cenderung mengarahkan kita untuk berpikir bahwa kekristenan itu hanyalah sesuatu agama dan bukan suatu hubungan denagn Allah yang hidup. Padndangan semacam ini membuat kekristenan hanya dipatuhi dan dijalankan guna memuaskan Allah yang perfeksionis dan tidak pribadi nun jauh di langit sana.

Hasil dari menganut agama yang berorientasi kepada ”peraturan dan kewajiban” selalu usaha sendiri. Artinya, kita terus-menerus berusaha menggapai estándar yang mustahil dan secara tak terelakan terus-menerus gagal pula. Sungguh ironis, padahal yang kita perlukan hanya adalah iman yang diberikan secara Cuma-Cuma oleh Allah melalui Anak-Nya Yesua Kristus, lepada setiap orang yang menyerahkan kehidupanya lepada Dia.

Karena itu, Allah mempersiapkan statu anugerah. Anugrah itu adalah Allah sendiri, datang sebagai manusia untuk melunasi utang kita dengan mati di kayu salib, mencurahkan darah-Nya bagi anda dan saya. Yesus membayar harga atas dosa-dosa kita untuk menawarkan kepada kita anugrah keselamatan secara Cuma-Cuma, aslkan kita mau mempercayai Dia. Yang perlu Anda lakukan hanyalah menerima anugrah yang Cuma-Cuma ini dari Allah.

Iman Berarti Percaya

Kata bahasa Yunani yang diterjemahkan “iman” sebenarnya berarti “percaya”. Beriman berarti memercayakan diri Anda kepada Allah. Sayangnya, kada ”iman” termasuk kata yang telah banyak disimpangkan sehingga kehilangan sebagian besar makna yang sesungguhnya. Ketika orang bertanya, ”Apa kepercayaan Anda?”, misalnya, yang mereka maksudkan adalah agama atau aliran kepercayaan yang kita anut. Pemikiran semacam ini mengaburkan pengertian ”iman” yang mengandung dinamika hubungan yang dilandasi oleh kepercayaan. Pemikiran semacam itulah yang mengurangi hubungan dengan Sang Pencipta yang Mahakuasa menjadi sekedar serangkaian peraturan dan parameter.

Pada saat Jemaat Kristen mula-mula terbentuk, sewaktu Roh Kudus pertama kali dicurahkan, orang-orang percaya mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang-orang yang mengandalkan kemampuan Allah tidak mengandalkan usaha pribadi mereka. Anda mengerti maksudnya? Kita perlu diingatkan secara terus menerus akan ketergantungan kita kepada Allah karena kita cenderung untuk mengandalkan kemampuan kita sendiri. Kita perlu mengulanginya berkali-kali karena kita cenderung tergelincir kembali ke dalam kehidupan Kristen yang mengandalkan kekuatan diri – menetapkan peraturan bagi diri sendiri, berusaha untuk berperilaku baik, dan mengira bahwa hal-hal ini diamini oleh Allah.

Pada waktu-waktu kelemahan itu, ketika anda mengatakan, ”Ya Tuhan, biarlah Engkau yang bekerja malam ini karena aku tidak memiliki apa-apa untuk diberikan,” Tuhan mengatakan, ”Baik. Kita akan punya kebaktian yang luar biasa.” sekalipun kita telah melakukan persiapan dengan baik dan merasa siap untuk menyampaikan sesuatu, kita harus belajar untuk berserah kepada-Nya dan membiarkan Dia bertindak dengan kehendak-Nya. Perlahan-lahan saya mulai memahami fakta bahwa betapapun baiknya persiapan kita, hal itu sama sekali tidak berkaitan dengan kemurahan yang Allah berikan kepada kita. Semakin kita berserah kepada-Nya, semakin banyak berkat yang kita a

Allah menanggapi iman, bukan kebutuhan

Jika kita dilahirkan kembali dan pergi ke surga saat kita meninggal, hal itu terjadi karena kita menyambut tawaran Allah dengan kepercayaan seperti seorang anak kecil. Kita mengatakan, ’Aku menyelamatkan orang yang bobrok seperti aku ini.”

”Orang yang bobrok seperti aku ini.” Saya menyukai kata-kata dari lagu Amazing Grace”. Lagu ini ditulis oleh John Newton, yang selama bertahun-lahun menjadi kapten kapal pedagang budak. Suatu hari, ditengah badai yang ganas, kapalnya tengah tenggelam. Ia sedang membaca Perjanjian Baru dan berdoa dalam keputusasaannya, ”Oh Tuhan, oh Tuhan, oh Tuhan.” Allah membawanya melalui badai dan kapal yang tengah tenggelam itu tidak sampai menyentuh dasar laut. Kapal itu tetap mengambang di bawah garis air dan hanyut, sampai akhirnya terdampar di suatu pulau. Newton telah berdoa, ’Tuhan, kalau Engkau membeaskan aku dari sini, aku akan menyerahkan hidupku pada-Mu.”

Tuhan membangkitkannya menjadi pengkhotbah dan pendeta gereja Anglikan, dan akhirnya ia menggubah kata-kata ini:

Sungguh besar anugrah-Nya

Yang tlah kuterima,,

Dulu kutersesat, namun sekarang,

aku diselamatkan.

Apakah yang harus dibawa oleh Newton untuk duduk berunding dengan Allah? Tidak ada sama sekali. Tidak ada, kecuali kerelaan untuk berserah kepada Allah dan menerima tawaran karunia-Nya yang cuma-cuma. Bukankah itu jalan yang indah untuk memulai kehidupan Anda bersama-sama dengan Allah ? Tidak ada seorangpun dari kita yang keadaannya terlalu buruk untuk dapat datang kepada Allah.

Kita masing-masing harus bertanggung jawab atas kekacauan hidup yang kita alami. Apa yang kita alami saat ini tidak sesuai dengan isi hati hati Allah dan bukan akibat kesalahan Allah. Dosa Anda dan dosa sayalah yang telah menyebabkan segala kekacauan ini. Adapun Allah, Dia sepanjang hari mengulurkan tangan-Nya sambil berseru, ”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mutius 11:28).

Allah tidak bertanggung jawab atas dosa umat manusia, namun ia menyediakan jalan keluar dari kekacauan yang telah kita lakukan. Jalan keluar itu dapat ditempuh dengan beriman kepada-Nya dan dengan mendatangkan Kerajaan Allah ke dalam kekacauan tersebut. Ketika Yesus berjalan di muka bumi ini, kemana pun Ia pergi, Ia mendatangkan Kerajaan Allah oleh iman. Untuk itu pula Anda dan saya dipanggil. Kita dapat menerima uluran tangan Allah ini dengan memilih untuk percaya kepada-Nya.

Iman bergantung pada kuasa Allah

Saya ingin memastikan bahwa saya tidak berbicara tentang iman yang buta, atau sikap naif yang terlepas dari realitas. Kita dapat memercayai Allah, bukan karena kekuatan tertentu yang kita miliki, melainkan semata-mata karena kuasa hebat dan menakjubkan yang Dia miliki. Hadirat dan kuasa Allah itu nyata dan pasti. Pengertian akan kemahacukupan dan kuasa Allah ini akan meyakinkan kita dan menolong kita untuk menjangkau dan berpegang pada-Nya dalam iman.

Dalam 1 Korintus 2: 4-5, Paulus mengatakan,

”Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan roh, supaya iman kamu jangan tergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.”

Sewaktu orang menyaksikan kuasa Allah dinyatakan, ada suatu keyakinan supernatural yang melanda mereka. Mereka bukan ”diyakinkan” oleh khotbah yang cerdas atau argumentasi yang meyakinkan. Mereka terpesona oleh kuasa Roh Kudus, yang sungguh-sungguh meyakinkan mereka akan kuasa Allah. Setiap kali terjadi mukjizat di tengah-tengah kebaktian kami, orang selalu menanggapi tantangan mimbar. Mereka menyaksikan sesuatu yang benar-benar menempelak mereka dan berkata ”Wah ! Allah benar-benar ada ditempat ini!” Orang-orang yang sebelumnya bersikap skeptis dan tidak yakin, tiba-tiba diyakinkan ketika mereka melihat demonstrasi kuasa Roh Kudus.

”Berpegang teguh” pada Iman

Segala sesuatu yang Anda miliki Anda peroleh karena memegangnya dengan iman. Allah menjatuhkan sebutir kecil benih dari sebuah ide ke dalam hati Anda dan Anda berkata, ”Tuhan, mungkinkah ini terjadi?” Ia menjawab, ’Ya itu mungkin,” dan Andapun mulai percaya dan mulai bertindak.

0 Response to "Iman Yang Kokoh dan Teguh"

Post a Comment