Menggugah Pelestarian Lingkungan
Dari karya
Kreativitas, adalah salah satu kata menuju pelestarian dan pengembangan seni budaya tradisional dikemas dalam berbagai bentuk hiburan. Selain masyarakat lokal, tentunya pemerintah dan pemerhati seni budaya adalah pihak yang berkepentingan dalam eksplorasi seni budaya, yang berkaitan dengan kebanggaan kita sebagai bangsa terutama dalam rasa kebangsaan di implementasikan dengan wujud perayaan.
Hal inilah yang tergambar pada saat Teater Tertutup yang diadakan di Taman budaya Dago Tea House pada tanggal 27 desember 2008 yang mempertontonkan berbagai pertunjukan yang sangat menarik dan berguna, khususnya bagi kalangan muda yang sekarang ini kurang mengerti dan kurang mempraktekkan tentang kreatifitas yang bernilai tinggi tanpa harus mengeluarkan biaya yang mahal, dan tanpa membebani orang tua.
Pada acara teater terbuka ini, begitu sangat mengesankan dan menggugah perasaan bagi orang-orang yang meluangkan waktunya sejenak untuk menyaksikannya. Semua terasa menyenangkan, karna kita tidak dibuatnya merasa sedikit bosan. Semua Penonton dibuatnya terlena dan tetap duduk dan menyaksikan acara ini sampai akhir acara.
Di awal acara kita telah disuguhi musik yang sangat berkreasi dengan alat-alat musik yang sangat tradisional dan sederhana oleh grup 100%, Oseng Percussion dan Ferry Kurtis. Band-band ini sangat berbeda dengan band-band yang ada di Indonesia sekarang ini, yang hanya mengandalkan alat musik modern yang harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Dengan alat-alat yang demikian tradisional dan murah nada-nada yang dikeluarkan tidak kalah saing, bahkan lebih bernilai asli oleh suara-suara yang sangat unik. Karena alat-alat yang dipergunakan di ambil dari benda-benda yang tidak dipakai, (di dalam masyarakat sudah dianggap sampah) dicampur dengan alat musik tradisional tadi.
Setelah mempertunjukkan beberapa pertunjukan musik dari kreatifitas yang tinggi tersebut. Akhirnya sampailah kepada puncak acara yaitu pertunjukan drama yang berjudul “AIR” karya Imam Soleh. Yang diperankan budak-budak tim 12. Dengan karakter-karakter dan watak dan tokoh yang mereka bawakan sangat sempurna, mengingat mereka masih muda, namun itu tak terlihat, mereka telah menjadi figur dan memiliki watak tokoh yang mereka perankan masing-masing.
Begitu kuatnya perjuangan mereka untuk mendapatkan air, sampai nyawa mereka taruhkan demi setetes saja. Tanpa merasa lelah, tanah-tanah mereka gali dengan semua daya yang mereka punya. Walau mereka tahu usaha yang mereka lakukan sesuatu yang sia-sia, karna pada saat itu adalah musim kemarau yang telah berkepanjangan. Begitu besar perjuangan itu, demi setetes air untuk melumasi tenggorokan mereka yang telah lama kering kerontang.
Jika kita mengikuti pertunjukan drama ini, Imam Soleh benar-benar menunjukkan kepada kita bahwa air adalah kehidupan yang harus dijaga kemurniannya, supaya kita bisa tetap hidup, karna tanpa air semua mahluk akan binasa. Itulah yang di lukiskan Iman Soleh dalam karyanya yang berjudul air. Drama Ini sangat cocok dengan tema acara ini yaitu tentang pelestarian lingkungan, karna kita sendiri telah ketahui bahwa air di daerah kota Bandung sendiri telah kotor dan tidak sehat lagi untuk di konsumsi oleh masyarakat.
Maksud isi drama ini sebenarnya sangat tajam, menusuk prilaku kita yang tidak pernah perduli atau memikirkan kondisi lingkungan, fenomena ini dapat kita lihat di kota Bandung. Di sungai-sungi kita selalu disuguhkan dengan pemandangan yang sangat menyedihkan. Kita tidak lagi melihat sungai sebagai suatu yang indah atau suatu pemandangan. Sampah-sampah berserakan, sehingga membuat air keruh bahkan sampai terkontaminasi dengan zat-zat kimia yang terkandung didalam sampah itu. Tidak jarang akibat ulah kita sendiri menimbulkan banjir yang sangat merugikan, bahakan sampai merenggut nyawa.
Dari kegiatan yang sangat bersifat kompetitif, edukatif, hiburan ini, akan memberikan suatu tambahan wahana baru bagi pengembangan imajinasi kreatif, yang sekarang ini telah menipis dikalangan muda itu sendiri, namun setelah diadakan acara ini, akhirnya akan membuka pintu bagi terbentuknya masyarakat kreatif yang tangguh, mandiri, memiliki rasa percaya diri, serta terutama semakin merasa memiliki akan seni budaya sendiri. Ditambah lagi untuk menggugah hati kita untuk perduli dengan lingkungan, karna kita hidup berdampingan dengannya.
Ferdinan De J Saragih, kelahiran Sigodang 04 Desember 1988. Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung. Penyair, Pemerhati Bahasa, Budaya dan Lingkungan. Karyanya dimuat di Sindo, Radar Banten, Jurnal bogor, kompas.com dll. Bergabung dimilis penulislepas, puitika dan pemilik blog ferdinan01.blogspot.com atau sigodang.blogspot.com karyanya tergabung di antologi Karnaval Kupu-Kupu 2008.
By
0 Response to "Esai Sastra Bandingan ''Teater''"
Post a Comment